Belakangan, bisnis kuliner kekinian makin menjamur dengan berbagai konsep unik dan inovatif. Dari makanan kekinian yang instagramable hingga cita rasa yang menggoda, peluang usaha di bidang ini terus berkembang pesat. Banyak pengusaha muda sukses memanfaatkan tren ini dengan menawarkan produk yang tidak hanya enak tapi juga viral di media sosial. Jika kamu tertarik terjun ke dunia kuliner kekinian, memahami pasar dan selera konsumen adalah kunci utamanya. Artikel ini akan membahas strategi, tren terbaru, dan tips praktis untuk memulai bisnis makanan yang sedang hits.
Baca Juga: Teknik Schema Markup dan Structured Data SEO


Tren Bisnis Makanan yang Populer Saat Ini
Tren bisnis makanan saat ini didominasi oleh konsep yang mengedepankan pengalaman unik dan instagramable. Salah satu yang sedang naik daun adalah cloud kitchen atau dapur virtual, yang fokus pada pesanan online tanpa tempat makan fisik. Model ini efisien karena biaya operasionalnya lebih rendah (sumber: Forbes).
Makanan fusion juga masih jadi favorit, seperti martabak keju dengan topping es krim atau mie ayam ala Korea. Konsumen sekarang lebih tertarik pada inovasi rasa yang tidak biasa. Tak ketinggalan, hidangan plant-based dan vegan semakin populer seiring kesadaran akan gaya hidup sehat (referensi: Healthline).
Minuman kekinian seperti boba, dalgona coffee, atau es kopi susu gula aren tetap laris, tapi dengan sentuhan lokal. Contohnya, kopi dengan rempah khas Indonesia seperti jahe atau kayu manis.
Kemasan juga jadi faktor penting—banyak brand menggunakan packaging ramah lingkungan atau desain kreatif untuk menarik perhatian.
Terakhir, layanan subscription meal atau langganan makanan sehat buat pekerja kantoran mulai banyak dilirik. Ini membuktikan bahwa fleksibilitas dan kepraktisan adalah nilai jual utama.
Buat yang mau mulai usaha, cermati tren ini dan sesuaikan dengan target pasar lokal!
Baca Juga: Urban Farming dengan Hidroponik Vertikal Modern
Strategi Mengembangkan Kuliner Kekinian
Kalau mau berkembang di bisnis kuliner kekinian, strateginya harus smart dan adaptif. Pertama, riset pasar itu wajib—pahami apa yang dicari konsumen lokal. Tools seperti Google Trends atau survei Instagram bisa bantu identifikasi tren (sumber: HubSpot).
Fokus pada unique selling point (USP). Misalnya, kalau jualan kopi, bedakan dengan racikan rempah lokal atau kemasan unik. Contoh sukses seperti Kopi Kenangan yang mengusung konsep affordable premium.
Manfaatkan digital marketing sebaik mungkin. Instagram dan TikTok jadi senjata utama buat promosi. Konten video proses masak atau testimoni pelanggan bisa tingkatkan engagement. Jangan lupa kolaborasi dengan micro-influencer—lebih terjangkau dan efektif (referensi: Social Media Today).
Efisiensi operasional juga krusial. Gunakan sistem PO (pre-order) atau cloud kitchen buat hemat biaya sewa tempat. Aplikasi seperti Gofood atau GrabFood bisa jadi saluran distribusi tanpa perlu repot keluar modal besar.
Terakhir, bangun komunitas. Bikin program loyalitas atau event kecil-kecilan buat pelanggan setia. Engagement langsung dengan konsumen bikin mereka lebih betah dan jadi promotor gratis.
Intinya: inovasi, digitalisasi, dan kedekatan dengan pelanggan adalah kunci bertahan di pasar kuliner yang super kompetitif ini.
Baca Juga: Tempat Makan Vegan Favorit di Seminyak Bali
Tips Membangun Brand Makanan Viral
Mau bikin brand makananmu viral? Kuncinya ada di storytelling dan shareability. Pertama, bikin produk yang camera-ready—warna mencolok, plating unik, atau kemasan eye-catching biar orang langsung pengin foto dan upload. Contoh sukses seperti es kepal milo atau croffle yang jadi hits karena visualnya (sumber: The Drum).
Nama brand juga harus mudah diingat dan relatable. Pakai kata-kata sederhana tapi catchy, seperti “Nasi Uduk Betawi Pak Kumis” atau “Sambal Matah Level Up”.
Leverage social media dengan konten yang bikin penasaran. Posting video proses masak ASMR, before-after penyajian, atau challenge makan pedas. TikTok dan Reels adalah platform terbaik buat konten viral (referensi: Hootsuite).
Kolaborasi juga ampuh. Partnerin dengan lokal influencer atau UMKM lain buat cross-promo. Misalnya, kopimu dipasangkan dengan kue dari brand lain—win-win solution.
Jangan lupa buat limited edition item biar konsumen buru-buru beli sebelum kehabisan. Rasa atau kemasan spesial hari libur bisa jadi strategi jitu.
Terakhir, responsif di kolom komentar dan DM. Engagement tinggi bikin algoritma sosmed lebih mendorong kontenmu. Kalau ada yang komplain, selesaikan dengan baik—bisa jadi mereka malah promosiin solusimu ke followers mereka.
Viral itu gabungan antara persiapan dan momentum. Jadi, siapin semua elemennya, lalu tunggu saat yang pas buat meledak!
Baca Juga: Cara Memasarkan Usaha Makanan untuk Sukses
Bahan dan Rasa yang Sedang Ngetren
Bahan dan rasa di dunia kuliner kekinian terus berevolusi dengan kombinasi yang makin kreatif. Salah satu yang sedang booming adalah ube (ubi ungu Filipina) – dipakai mulai dari es krim hingga roti, warna ungunya yang instagramable bikin produk langsung jadi perhatian (sumber: Food & Wine).
Rasa salted egg atau telur asin juga masih jadi favorit, tapi sekarang dikombinasi dengan unsur tak terduga seperti pasta atau keripik sayur. Sementara matcha dan hazelnut tetap eksis, tapi dengan sentuhan lokal seperti matcha-jasmine atau hazelnut-gula aren.
Bahan fermentasi seperti kombucha dan kimchi naik daun karena dianggap sehat. Bahkan sekarang ada es kopi kombucha atau martabak isi kimchi! Untuk protein, plant-based meat mulai banyak dipakai di burger dan bakso, apalagi di kota-kota besar (referensi: BBC Good Food).
Jangan lupakan rempah lokal yang sedang diangkat kembali: kayu manis, jahe merah, dan serai jadi bahan utama minuman kekinian. Es kopi kayu manis atau teh serai-madu misalnya, jadi alternatif segar dari rasa biasa.
Terakhir, texture play penting banget sekarang. Kombinasi crunchy-chewy seperti boba di atas donat atau crispy garlic pada mie instan premium bikin pengalaman makan makin menarik.
Kalau mau jualan makanan kekinian, eksperimen dengan bahan-bahan ini bisa jadi starting point yang menjanjikan!
Baca Juga: Teh Jahe untuk Atasi Maag dan Kembung Perut
Pemasaran Digital untuk Bisnis Kuliner
Pemasaran digital itu game-changer buat bisnis kuliner, dan cara mainnya harus tepat. Pertama, Instagram & TikTok wajib jadi prioritas. Posting konten yang bikin ngiler—video cheese pull pada burger atau slow-motion tuang saus. Pakai fitur Reels/Story dengan hashtag spesifik kayak #MakananKekinianJKT biar mudah ditemukan (tips algoritma: Later).
Google My Business sering dilupakan padahal penting banget. Pastikan profilmu update dengan foto, menu, dan jam operasional. Ini bantu muncul di pencarian “makanan enak di [lokasimu]” (panduan: Google).
Kalau mau lebih serius, coba FB/IG Ads dengan target spesifik. Misalnya, iklan buat anak kos di radius 5 km dengan minat “bubble tea”. Budget Rp50ribu/hari bisa cukup buat uji coba.
Jangan lupa collab dengan food blogger atau micro-influencer (1K-10K followers). Mereka biasanya lebih engage dan harganya terjangkau. Tawarkan free meal sebagai ganti konten.
WhatsApp Business juga bisa jadi senjata rahasia—pakai fitur catalog buat tampilkan menu, atau kirim promo ke pelanggan setia.
Terakhir, analytics itu kunci. Cek insight IG atau Google Analytics buat tau kapan waktu posting terbaik atau menu paling laris. Adaptasi terus biar strategimu nggak ketinggalan zaman.
Digital marketing itu kayak bumbu masak—kalau pas takarannya, bisnismu bisa meledak!
Baca Juga: Membangun Branding Visual Melalui Logo Perusahaan
Modal Awal dan Keuntungan Bisnis Makanan
Modal awal bisnis makanan kekinian bisa dimulai dari yang minim sampai gede, tergantung skalanya. Kalau mau mulai kecil, street food seperti martabak mini atau es kepal milo bisa jalan dengan modal Rp3-5 juta buat bahan, peralatan sederhana, dan kemasan (contoh studi kasus: Forbes).
Untuk bisnis rumahan yang lebih terstruktur (misal kue kering kekinian), siapkan Rp10-15 juta buat mixer, oven, bahan premium, dan packaging aesthetic. Jangan lupa alokasikan 20% buat marketing digital—bikin konten profesional itu investasi.
Kalau targetnya cloud kitchen, siapkan Rp25-50 juta buat sepatu dapur komersial, izin PIRT, dan partnership dengan GoFood/GrabFood. Model ini untungnya bisa mencapai 40-60% karena nggak ada biaya tempat makan (data: CNBC).
Keuntungannya? Makanan kekinian dengan margin tinggi seperti boba (60-70%) atau croffle (50%) bisa balik modal dalam 3-6 bulan kalau laku keras. Tapi hati-hati sama hidden cost seperti:
- Biaya kirim kalau pakai ojol
- Bahan yang cepat kadaluarsa (susu, buah)
- Fee platform delivery (20-30% per order)
Tips hemat: mulai dengan pre-order system biar nggak ada stok mengendap. Dan selalu hitung COGS (cost of goods sold) tiap item biar tahu mana produk paling menguntungkan.
Yang pasti, di bisnis makanan, konsistensi rasa dan inovasi lebih penting daripada modal gede!
Baca Juga: Cara Pasang Iklan Gratis Efektif Untuk Bisnis Kecil

Kisah Sukses Pengusaha Kuliner Kekinian
Kisah sukses pengusaha kuliner kekinian sering dimulai dari ide sederhana yang dieksekusi dengan tepat. Ambil contoh Kopi Kenangan—dari gerobak di Jakarta tahun 2017, sekarang jadi unicorn dengan 800 outlet berkat strategi “affordable luxury” dan ekspansi agresif (sumber: Tech in Asia).
Ada juga Goola, brand es krim buah yang viral karena kemasan botol kaca unik. Founder-nya memanfaatkan tren healthy dessert dengan modal awal cuma Rp7 juta, sekarang sudah ekspor ke 3 negara.
Yang lebih kreatif lagi: Mie Gacoan. Mereka mempopulerkan konsep “mie level” dengan cabai bubuk, mulai dari gerai kecil di Surabaya sekarang punya 500+ outlet. Kuncinya? Menu sederhana tapi highly addictive dan harga murmer.
Di segmen pastry, Holland Bakery berhasil rebrand dengan produk kekinian seperti croissant telur asin, padahal sebelumnya dikenal sebagai toko roti tradisional.
Pelajaran dari mereka:
- Product-market fit itu vital (Kopi Kenangan tau anak muda mau kopi enak tapi nggak mau bayar mahal)
- Differentiation bikin produk nempel di memori (Goola pakai packaging botol vs cup biasa)
- Scalability harus dipikirkan dari awal (Mie Gacoan pakai sistem waralaba)
Yang menarik, hampir semua brand ini memanfaatkan user-generated content—pelanggan yang upload foto produk jadi marketing gratis. Bukti bahwa di bisnis kuliner, viralitas bisa diciptakan!

Bisnis makanan tren seperti kuliner kekinian memang selalu menawarkan peluang besar, tapi persaingannya juga ketat. Kunci suksesnya? Gabungan antara inovasi rasa, strategi digital yang cerdas, dan eksekusi konsisten. Jangan cuma ikut-ikutan tren, tapi ciptakan ciri khas yang bikin pelanggan ingat brandmu. Mulai dari skala kecil dulu, pelajari pasar, dan siap beradaptasi dengan perubahan selera. Yang pasti, bisnis kuliner itu tentang passion sekaligus ketekunan—kalau bisa memadukan keduanya, peluang meraih sukses terbuka lebar!